Desain Web Ramah Disabilitas untuk Website Pemerintah

Pendahuluan

Website pemerintah bukan hanya “etalase” informasi; bagi banyak orang itu adalah pintu utama untuk mengurus izin, mengakses layanan kesehatan, membaca pengumuman, atau melapor masalah. Sayangnya, tidak semua orang dapat memakai website dengan mudah. Bagi penyandang disabilitas – misalnya yang buta, rabun, sulit mendengar, atau kesulitan menggunakan tangan – banyak situs menjadi sulit atau bahkan tidak bisa diakses sama sekali.

Desain web ramah disabilitas berarti membuat situs yang bisa dipakai oleh sebanyak mungkin orang, termasuk mereka yang punya keterbatasan fisik, sensorik, atau kognitif. Ini bukan soal “istimewa” tapi soal keadilan: layanan publik yang dibiayai dari uang rakyat harus bisa diakses semua rakyat. Artikel ini menjelaskan langkah praktis dan mudah dimengerti untuk membuat website pemerintahan lebih ramah disabilitas. Tidak perlu istilah teknis rumit – cukup prinsip sederhana, contoh nyata, dan langkah yang bisa dilakukan oleh tim website pemerintah di kota atau desa. Jika Anda pegawai dinas, kepala desa, pengelola website, atau warga yang berkepentingan, artikel ini akan memberi panduan langkah demi langkah agar situs pemerintah menjadi lebih mudah dipakai oleh semua orang.

Apa itu aksesibilitas web dan mengapa pemerintah harus peduli

Aksesibilitas web singkatnya adalah usaha membuat situs bisa dipakai oleh semua orang – termasuk mereka yang punya keterbatasan. Di dunia nyata kita membuat akses jalan untuk kursi roda atau menaruh kursi prioritas di transportasi umum; di dunia digital, aksesibilitas melakukan hal yang sama: memberi jalan agar pengguna dengan kebutuhan berbeda tetap bisa menggunakan layanan online.

Mengapa ini penting untuk pemerintah? Ada beberapa alasan sederhana dan praktis.

  1. Layanan publik harus adil. Jika informasi penting – seperti pendaftaran vaksin, bantuan sosial, atau pengumuman bencana – hanya tersedia di situs yang sulit diakses, sebagian warga akan tertinggal. Itulah masalah keadilan layanan publik: semua warga berhak mendapat informasi yang sama.
  2. Aksesibilitas memperbaiki pelayanan. Situs yang mudah dipakai untuk penyandang disabilitas biasanya juga lebih mudah dipakai oleh orang lanjut usia, orang dengan jaringan internet lambat, atau pengguna ponsel kecil. Jadi perbaikan aksesibilitas memberi manfaat luas, bukan hanya untuk satu kelompok.
  3. Efisiensi administratif. Ketika informasi dan formulir mudah diakses, jumlah panggilan telepon atau kunjungan ke kantor yang semestinya dapat diatasi online menurun. Artinya staf bisa fokus pada tugas lain.
  4. Ada aspek hukum dan reputasi: beberapa negara punya aturan hukum yang mewajibkan aksesibilitas untuk layanan publik. Bahkan bila belum wajib secara hukum, masyarakat menilai positif pemerintah yang ramah inklusif.
  5. Aksesibilitas itu murah bila direncanakan sejak awal. Memperbaiki situs yang sudah bobrok jauh lebih mahal dibanding merancangnya ramah sejak awal. Prinsipnya sederhana: buat situs yang jelas, mudah dibaca, gampang dinavigasi, dan menyediakan alternatif (misalnya teks untuk gambar, tulisan untuk video).

Pada bagian berikut kita bahas siapa saja yang diuntungkan dan kebutuhan praktis mereka – tanpa istilah teknis yang membingungkan.

Siapa saja yang membutuhkan desain web ramah disabilitas dan kebutuhan praktis mereka

Ketika bicara disabilitas, banyak orang langsung berpikir “buta” atau “kursi roda”. Sebenarnya spektrumnya luas. Memahami kelompok-kelompok ini membantu merancang solusi yang benar-benar berguna. Berikut penjelasan sederhana tentang beberapa kelompok pengguna dan kebutuhan praktis mereka.

  1. Pengguna dengan gangguan penglihatan
    • Siapa: orang buta total, rabun jauh, rabun dekat, atau pengguna yang kehilangan sebagian penglihatan karena usia.
    • Kebutuhan praktis: situs harus bisa dibaca oleh pembaca layar (software yang membaca teks di layar), teks yang bisa diperbesar tanpa merusak tata letak, kontras warna yang cukup agar teks mudah terlihat, dan deskripsi teks alternatif untuk gambar sehingga pengguna tahu isi gambar.
  2. Pengguna dengan gangguan pendengaran
    • Siapa: orang tuli atau kurang pendengaran.
    • Kebutuhan praktis: video atau audio di website harus dilengkapi teks (subtitel atau transkrip). Jika ada pengumuman suara, juga sediakan versi tulisan.
  3. Pengguna dengan keterbatasan motorik (menggunakan tangan)
    • Siapa: orang yang sulit menggerakkan tangan, pengguna kursi roda yang memakai keyboard, atau orang dengan tremor.
    • Kebutuhan praktis: situs harus bisa digunakan tanpa mouse, hanya dengan keyboard; tombol harus cukup besar dan berjeda cukup untuk ditekan; form dan kontrol harus mudah dijangkau dan tidak memerlukan gerakan rumit.
  4. Pengguna dengan gangguan kognitif atau belajar
    • Siapa: orang yang sulit memahami teks panjang, pusing membaca tata letak yang kompleks, atau mengalami disleksia.
    • Kebutuhan praktis: bahasa sederhana, struktur yang konsisten, pemecahan informasi ke bagian kecil, dan pilihan untuk membaca versi ringkas. Hindari jargon atau kalimat panjang berbelit.
  5. Pengguna dengan gangguan penglihatan warna (butawarna)
    • Siapa: orang yang tidak bisa membedakan beberapa warna (mis. merah-hijau).
    • Kebutuhan praktis: jangan andalkan warna saja untuk menyampaikan informasi (mis. “tombol merah berarti tidak”); pastikan ada ikon, label, atau teks pendukung.
  6. Pengguna dengan koneksi internet lambat atau perangkat tua
    • Siapa: warga di daerah dengan internet lemah atau yang menggunakan ponsel sederhana.
    • Kebutuhan praktis: situs harus ringan, halaman tidak dipenuhi gambar besar tanpa kebutuhan, dan ada versi teks yang mudah dimuat.

Maka desain yang ramah tidak hanya soal “akses untuk kaum disabilitas” saja tetapi membuat situs lebih mudah bagi semua orang. Dalam langkah implementasi, ajak perwakilan pengguna (mis. organisasi penyandang disabilitas) untuk memberi masukan praktis – mereka akan memberi tahu apa yang sebenarnya sulit dipakai. Pada bagian berikut, kita akan lihat prinsip-prinsip desain yang sederhana namun penting.

Prinsip dasar desain web ramah disabilitas yang mudah dipahami

Untuk membuat situs pemerintahan ramah disabilitas, Anda tidak perlu menghafal istilah teknis. Cukup pegang beberapa prinsip sederhana yang memandu semua keputusan desain. Berikut prinsip-prinsip itu dijelaskan dengan contoh mudah.

  1. Buat informasi jelas dan terstruktur
    • Artinya: setiap halaman punya judul yang jelas, paragraf tidak panjang berbelit, dan ada daftar ringkas bila perlu. Contoh praktis: halaman pendaftaran layanan harus punya langkah 1, langkah 2, langkah 3 – bukan paragraf panjang yang membingungkan.
  2. Sediakan alternatif untuk semua media
    • Artinya: untuk setiap konten berupa gambar, audio, atau video, sediakan versi teks. Gambar penting seperti peta atau grafik harus punya penjelasan singkat; video harus punya subtitel atau transkrip. Jika ada audio pengumuman, tulis juga rangkumannya.
  3. Pastikan navigasi sederhana dan konsisten
    • Artinya: menu harus mudah ditemukan (mis. di bagian atas), susunan menu tidak berubah-ubah antar halaman, dan ada fitur pencarian sederhana. Link penting seperti “Kontak” atau “Formulir” harus ada di tempat yang mudah dijangkau.
  4. Buat kontrol yang bisa dioperasikan tanpa mouse
    • Artinya: semua tombol dan tautan bisa diaktifkan dengan keyboard (tombol Tab untuk berpindah, Enter untuk memilih). Untuk petugas IT, ini berarti tidak menggunakan elemen yang hanya bisa diklik dengan mouse.
  5. Gunakan kontras warna yang cukup
    • Artinya: teks harus mudah dibaca latar belakangnya; misalnya teks gelap di latar terang atau sebaliknya. Hindari kombinasi warna yang membuat teks samar. Jika menggunakan warna untuk menandai status (mis. warna untuk “lunas” atau “belum lunas”), selalu sertakan label teks juga.
  6. Teks yang dapat diperbesar tanpa rusak tampilan
    • Artinya: pengguna harus bisa memperbesar ukuran huruf di browser tanpa tata letak jadi kacau. Pastikan teks tidak tertumpuk atau hilang saat diperbesar.
  7. Formulir yang mudah diisi
    • Artinya: tanda wajib diisi jelas, berikan contoh format (mis. format tanggal: DD-MM-YYYY), kurangi jumlah kolom yang tidak perlu, dan berikan umpan balik langsung jika ada kesalahan (mis. “Nomor telepon harus angka, tidak boleh huruf”).
  8. Sediakan cara cepat untuk meminta bantuan
    • Artinya: cantumkan kontak yang mudah ditemukan untuk dukungan aksesibilitas (telepon, email, bahkan nomor WA). Bila memungkinkan, sediakan layanan bantuan lewat chat atau layanan telepon khusus.

Prinsip-prinsip ini saling terkait. Contohnya, halaman yang terstruktur dengan baik memudahkan mereka yang punya gangguan kognitif dan juga memudahkan pengguna ponsel. Prinsip sederhana seperti “buat jelas, jangan rumit” akan memperbaiki aksesibilitas secara keseluruhan. Pada bagian selanjutnya kita akan rincikan elemen-elemen teknis praktis yang dapat langsung diterapkan oleh tim website pemerintah.

Elemen praktis yang harus ada di website pemerintah

Berikut daftar elemen konkret yang sebaiknya diperhatikan dan dipasang di website pemerintah. Penjelasan disusun agar mudah dipraktikkan oleh tim yang bukan ahli teknologi.

  1. Judul halaman yang jelas
    • Setiap halaman harus punya judul utama yang langsung menunjukkan isinya (mis. “Formulir Permohonan KTP” bukan hanya “Formulir”). Judul membantu pengguna mengetahui di mana mereka berada dan memudahkan pembaca layar.
  2. Teks alternatif (alt text) untuk gambar
    • Setiap gambar informatif harus punya teks ringkas yang menjelaskan isinya (mis. “Peta lokasi kantor dinas di Jl. Merdeka nomor 10”). Jika gambar hanya hiasan, jelaskan singkat atau tandai sebagai hiasan sehingga pembaca layar bisa melewatinya.
  3. Subtitel atau transkrip untuk video
    • Semua video informasi harus dilengkapi subtitle. Jika video berisi materi penting, sediakan juga transkrip tertulis yang bisa diunduh.
  4. Kontrol besar dan mudah diklik
    • Tombol dan link harus cukup besar agar mudah diklik atau disentuh pada layar ponsel. Jarak antar tombol juga sebaiknya cukup agar tidak salah tekan.
  5. Kemampuan navigasi dengan keyboard saja
    • Pastikan pengguna bisa menavigasi seluruh situs hanya dengan keyboard: menekan Tab untuk berpindah, Enter untuk memilih. Tes sederhana: coba buka situs tanpa mouse.
  6. Formulir yang ramah
    • Beri label jelas untuk setiap kolom (mis. “Nama Lengkap”), contoh pengisian (“cth: Budi Santoso”), serta pesan kesalahan yang jelas jika data tidak sesuai. Sediakan tombol “Simpan sebagai draf” untuk form panjang.
  7. Kontras warna yang baik
    • Pastikan teks cukup kontras dengan latar. Hindari menulis informasi penting hanya dengan warna (mis. merah untuk peringatan tanpa teks pendukung).
  8. Tata letak yang responsif dan sederhana
    • Tampilan harus menyesuaikan layar (ponsel, tablet, komputer). Tata letak sederhana memudahkan pengguna menemukan informasi dengan cepat.
  9. Dokumen yang mudah diakses
    • Banyak instansi mengunggah PDF; pastikan PDF itu dapat dibaca oleh pembaca layar dan tidak hanya berupa gambar. Jika menyediakan formulir PDF, sediakan juga versi webnya atau versi teks.
  10. Fitur pencarian yang efektif
    • Untuk situs besar, fitur pencarian internal membantu pengguna menemukan layanan atau formulir yang mereka butuhkan. Hasil pencarian harus menampilkan ringkasan atau tanggal agar pengguna tahu relevansinya.
  11. Kontak bantuan aksesibilitas
    • Letakkan link atau nomor bantuan di tempat mudah dijangkau. Cantumkan jam layanan dan jenis bantuan yang tersedia (mis. bantuan pengisian form via telepon).

Setiap elemen ini dapat diuji secara sederhana: mintalah dua atau tiga orang (termasuk minimal satu penyandang disabilitas) untuk mencoba situs dan catat hambatan yang mereka temui. Perbaikan kecil seperti menambah teks alternatif atau memperbesar tombol sering memberi dampak besar pada pengalaman pengguna.

Langkah-langkah implementasi di instansi pemerintahan

Menjadikan website pemerintah ramah disabilitas perlu rencana, bukan sekadar tindakan dadakan. Berikut rencana bertahap yang mudah diikuti.

  1. Buat kebijakan dan komitmen pimpinan
    • Langkah awal: minta arahan pimpinan agar aksesibilitas menjadi bagian dari kebijakan layanan publik. Komitmen ini membantu mengatur anggaran dan prioritas.
  2. Lakukan audit cepat (check-up awal)
    • Audit sederhana: cek 10 halaman paling sering dikunjungi (beranda, layanan utama, formulir online, kontak). Tandai masalah utama: gambar tanpa deskripsi, tombol kecil, video tanpa subtitle. Audit ini bisa dilakukan oleh staf internal atau dengan bantuan lembaga lokal penyandang disabilitas.
  3. Prioritaskan perbaikan yang memberi dampak terbesar
    • Fokus awal pada: halaman layanan penting (pendaftaran, pengaduan), formulir yang paling sering dipakai, dan pengumuman darurat. Perbaikan sederhana seperti menambahkan teks alternatif, menambah subtitle, atau memperbesar tombol biasanya cepat dan murah.
  4. Libatkan pengguna nyata
    • Ajak organisasi penyandang disabilitas atau perwakilan warga untuk menguji versi situs. Masukan langsung dari pengguna sangat berharga dan sering menunjukkan hal-hal yang tidak terpikirkan.
  5. Sediakan pelatihan bagi tim web dan pengelola konten
    • Ajarkan staf pengisi konten cara menulis teks alternatif, cara menyiapkan subtitle, dan cara membuat formulir sederhana. Buat panduan singkat (1 halaman) yang mudah diikuti.
  6. Buat alur perawatan & pengawasan berkala
    • Jadwalkan audit kecil setiap 3-6 bulan. Catat perbaikan yang sudah dilakukan dan masalah baru. Buat laporan singkat untuk pimpinan agar ada dukungan anggaran.
  7. Anggarkan biaya kecil tapi berkelanjutan
    • Tidak perlu anggaran besar: alokasikan sebagian kecil untuk pembuatan subtitle, layanan konversi PDF, atau kontrak dukungan teknis lokal. Cadangkan dana untuk pelatihan ulang.
  8. Sosialisasikan ke publik
    • Setelah perbaikan, beri tahu publik bahwa layanan sudah lebih ramah. Cantumkan cara menghubungi layanan bantuan aksesibilitas agar mereka yang membutuhkan tahu ada dukungan.
  9. Bangun jaringan dengan pemerintah lain
    • Tukar pengalaman dengan dinas lain yang sudah melakukan langkah serupa. Banyak solusi sederhana bisa dibagi antar instansi.

Pendekatan bertahap ini memudahkan instansi memulai tanpa biaya besar. Kuncinya: fokus pada kebutuhan pengguna nyata, perbaikan prioritas, dan melibatkan komunitas penyandang disabilitas sejak awal.

Alat sederhana dan sumber daya yang bisa dimanfaatkan

Anda tidak perlu membeli perangkat lunak mahal untuk mulai membuat situs lebih ramah. Berikut alat dan sumber yang praktis dan, sebagian besar, gratis atau murah.

  1. Pemeriksaan manual mudah
    • Tes sederhana: buka situs tanpa suara (matikan audio) dan lihat apakah semua informasi penting tersedia sebagai teks. Coba navigasi hanya dengan keyboard (tekan Tab dan Enter). Coba perbesar teks di browser dan lihat apakah tata letak tetap rapi.
  2. Pengecek kontras warna
    • Ada alat online gratis yang memeriksa apakah warna teks dan latar cukup kontras. Jika warna tidak memenuhi, ubah kombinasi warna agar teks lebih jelas. Ini langsung memperbaiki keterbacaan.
  3. Alat pemeriksa halaman otomatis
    • Beberapa layanan online dapat memindai halaman dan memberi daftar masalah umum (seperti gambar tanpa teks alternatif atau heading yang tidak beraturan). Gunakan sebagai langkah awal tapi jangan sepenuhnya mengandalkan hasilnya – selalu lakukan pengujian manual.
  4. Pemeriksa subtitle dan transkrip
    • Untuk video, Anda bisa membuat transkrip sederhana dengan mengetik teks. Ada juga layanan yang membantu membuat subtitle otomatis yang kemudian bisa diedit.
  5. Pilihan template dan CMS ramah
    • Jika situs Anda dibangun di sistem pengelolaan konten (CMS) populer, ada plugin atau tema yang sudah dibuat ramah aksesibilitas. Pilih tema yang sederhana dan sudah diuji oleh komunitas.
  6. Sumber daya pelatihan dan panduan singkat
    • Buat panduan internal 1 halaman untuk penulis konten: bagaimana menulis teks alternatif, cara membuat judul yang baik, dan contoh format tanggal. Panduan pendek lebih mungkin dibaca oleh staf.
  7. Kerja sama dengan lembaga lokal
    • Banyak organisasi penyandang disabilitas yang bersedia membantu uji coba atau memberi masukan sukarela. Kerjasama ini murah dan efektif.
  8. Checklist harian/weekly
    • Buat daftar rapid-check: halaman penting, formulir, video baru. Periksa cepat apakah ada masalah baru setelah pembaruan konten.

Ingat: alat otomatis membantu menemukan masalah teknis, tetapi pengalaman pengguna nyata hanya diketahui lewat uji coba bersama pengguna sesungguhnya. Gabungan kedua pendekatan – alat sederhana + uji nyata – adalah kunci cepat dan murah untuk perbaikan nyata.

Mengukur keberhasilan dan merawat situs agar tetap ramah

Setelah melakukan perbaikan, penting untuk mengukur apakah situs benar-benar lebih mudah dipakai dan menjaga kualitas itu terus berjalan. Berikut cara sederhana untuk mengukur dan merawat.

  1. Pantau metrik dasar
    • Pantau kunjungan ke halaman layanan utama, berapa lama pengguna tinggal di halaman, dan rasio orang yang berhasil menyelesaikan formulir. Jika jumlah orang yang berhasil mengisi formulir naik setelah perbaikan, itu tanda positif.
  2. Kumpulkan umpan balik langsung
    • Sediakan tombol “Berikan masukan tentang aksesibilitas” di setiap halaman penting. Umpan balik singkat (mis. lima pertanyaan cepat atau form singkat) membantu menemukan masalah nyata.
  3. Lakukan survei pengguna berkala
    • Sekali setiap 6-12 bulan, lakukan survei sederhana: apakah pengguna merasa lebih mudah mengurus layanan? apakah ada hambatan? Pastikan ada opsi menjawab lewat telepon bagi mereka yang kesulitan akses internet.
  4. Catat laporan bantuan aksesibilitas
    • Jika ada laporan lewat telepon atau email tentang kesulitan akses, simpan data ini, analisis pola, dan jadwalkan perbaikan prioritas.
  5. Jaga dokumentasi perubahan
    • Setiap kali ada pembaruan besar, catat perubahan aksesibilitas: apa yang diperbaiki, siapa yang bertanggung jawab, dan kapan. Dokumentasi memudahkan audit dan pelatihan staf baru.
  6. Tetapkan tanggung jawab jelas
    • Pastikan ada satu atau dua orang (mis. admin web dan pengelola konten) yang bertanggung jawab menindaklanjuti masalah aksesibilitas. Bila tanggung jawab kabur, perbaikan bisa tertunda.
  7. Rutin tes oleh pengguna
    • Undang perwakilan penyandang disabilitas untuk menguji situs setidaknya setahun sekali. Mereka sering membawa perspektif baru yang tidak muncul di audit teknis.
  8. Update konten dengan perhatian khusus
    • Tampilan baru atau konten baru sering memperkenalkan masalah baru (mis. gambar tanpa teks alternatif). Buat alur kerja: sebelum konten dipublikasikan, cek elemen aksesibilitas.

Merawat aksesibilitas berarti melihatnya sebagai bagian rutin pelayanan – sama pentingnya seperti memperbarui jam kerja layanan atau memperbaiki infrastruktur fisik. Dengan pengukuran sederhana dan rutinitas, situs akan tetap berguna bagi semua warga.

Studi kasus sederhana: contoh perbaikan di tingkat desa/kota

Ilustrasi berikut memberi gambaran nyata langkah-langkah sederhana yang dapat diterapkan di pemerintah daerah.

Studi Kasus 1 – Desa A: Formulir Pendaftaran Bantuan Sosial

Desa A selama ini menggunakan form PDF yang harus diunduh, diisi lalu dikirim balik lewat email. Banyak warga menelpon kantor karena sulit membuka PDF di ponsel. Solusi sederhana: tim IT desa membuat halaman web khusus dengan formulir web yang singkat, memecah proses menjadi tiga langkah (data pribadi, data keluarga, unggah bukti). Mereka menambahkan label contoh untuk setiap kolom (mis. “cth: 08xxxxxxxxxx”), tombol yang besar, dan dukungan via telepon bagi warga yang kesulitan. Hasil: pengaduan menurun, waktu verifikasi lebih cepat, dan lebih banyak warga berhasil mendaftar tanpa datang langsung ke kantor.

Studi Kasus 2 – Kota B: Pengumuman Darurat & Bahasa Sederhana

Kota B kerap membuat pengumuman bencana yang panjang dan penuh istilah teknis. Tim komunikasi mengganti format: ringkasan singkat di atas, teks lengkap di bawah, dan versi audio serta video dengan subtitel. Mereka juga menyediakan versi singkat dalam bahasa daerah. Dampak: warga yang lumpuh pendengaran mendapat akses lewat teks, warga yang buta mendapat versi audio, dan panggilan ke call center berkurang.

Studi Kasus 3 – Kabupaten C: Uji Coba dengan Komunitas Disabilitas

Kabupaten C mengadakan sesi uji coba satu hari bersama kelompok disabilitas setempat. Mereka mengamati orang mencoba mengisi formulir layanan dan mencatat hambatan. Perbaikan berikutnya meliputi penambahan teks alternatif pada gambar, memperjelas tombol “kirim”, dan menambahkan instruksi langkah demi langkah. Hasilnya langsung terlihat: kepuasan pengguna meningkat dan jumlah pengaduan menurun.

Dari contoh-contoh ini terlihat: perbaikan tidak selalu mahal. Banyak solusi bersifat manajerial (mengubah teks, menambah instruksi, membuat versi ringkas) yang memberi dampak besar. Kuncinya adalah mendengar pengguna nyata dan melakukan perbaikan bertahap.

Kesimpulan

Desain web ramah disabilitas bukan proyek teknis yang hanya bisa dilakukan tim IT besar; ia adalah rangkaian langkah praktis yang bisa dimulai sekarang juga oleh setiap instansi pemerintahan. Prinsip dasar – buat informasi jelas, sediakan alternatif untuk media, permudah navigasi, dan libatkan pengguna – cukup memandu banyak perbaikan yang berdampak nyata. Perbaikan sederhana seperti menambah teks alternatif pada gambar, membuat tombol lebih besar, menyediakan subtitle untuk video, atau menyederhanakan formulir sudah sangat membantu warga dengan berbagai kebutuhan.

Mulailah dengan komitmen pimpinan, audit cepat pada halaman paling penting, dan perbaikan prioritas yang terukur. Libatkan organisasi penyandang disabilitas untuk uji coba nyata dan jadwalkan pemeriksaan berkala agar kualitas terjaga. Selain memenuhi prinsip keadilan layanan publik, aksesibilitas membuat situs lebih mudah dipakai oleh semua warga, mempercepat layanan, dan mengurangi beban administrasi.

Loading